Cerita Awal Tahun MainJalan ke Bali

 


“Mba, tanggal 30 Desember tiketnya turun. Gimana nih?” tulis Bena pada chat Whatsapp.

Tapi ternyata tanggal 31 Desember pun tiketnya lebih murah sedikit dari tanggal 30 Desember.

“Ben, tanggal 31 aja lebih murah. Bungkus yuk..” balas saya kepada Bena.

“Ya udah yukk Mba.”

Gak nunggu lama-lama, saya dan Bena sudah punya tiket ke Bali tanggal 31 Desember 2022 yeay.


Sejak pertengahan tahun 2022 memang saya sudah mengidamkan pergi ke Bali setelah hampir 3 tahun gak ke Bali, ada rasa rindu. Tapi saya malah beli tiket ke Singapore untuk birthday trip. Nah sepulangnya dari Singapore, keinginan ke Bali semakin kencang karena rasa rindu tadi. Setelah memantau tiket yang bergerak sangat gak menentu ini, akhirnya dapat tiket yang pas di akhir tahun. Kebetulan ada Bena yang juga ingin pergi ke Bali dan akhirnya menjadi teman MainJalan kali ini. 


Merencanakan agak lamaan tinggal di Bali membawa saya dan Bena sewa kos di sana. Kami sewa kos di daerah Pemecutan selama 2 minggu. Tapi saya harus kembali ke Jakarta seminggu kemudian, jadi seminggunya Bena sendiri yang menempati heuheu.

 

Untuk menghemat anggaran perjalanan kali ini, kami juga sewa motor. Berhubung saya gak bisa naik motor, maka saya percayakan kepada Bena (maafkan yaa Ben, gak bisa gentian -.-‘). Kami sewa motor dari Ngurah Rai. Jadi motornya diantar ke bandara langsung. Petualangan dimulai.

 

Perjalanan menuju kosan di Pemecutan memakan waktu sekitar 40 menit dari Bandara. Lalu lintas cukup padat mengingat ini adalah malam tahun baru. Sesampainya di kosan yang merupakan rumah asli Bali ini, saya dan Bena dibuat melongo karena hanya ada kasur tanpa sprei, lemari pakaian, meja rias, dan buffet kecil.

 

“Oh iyaa kita kan ngekos Mba, jadi ya gak ada selimut, bahkan sprei pun gak ada, perlengkapan kamar mandi juga, bahkan listrik pun udah mau habis.”

 

Saya ketawa dan ya sudah langsung kita list kebutuhan anak kosan. Seru sih heuheu.



Kami bergegas ke mini market grosiran di dekat kosan supaya harganya lebih miring dari mini market biasanya. Sebagian dalam list sudah terpenuhi, sebagian lagi kami cari di pasar dekat kosan. Lalu kami mampir beli makan dulu yaitu bakso. Ternyata kalau di Bali ada 2 pilihan bakso, bakso sapi atau ayam. Lagi asyik-asyik makan, hujan turun dengan derasnya. Untungnya kami sedia jas hujan.

 

Sampai di kosan, kami beberes dan waktu menunjukkan pukul 22.30 WITA. Perut kembali keroncongan. Tanpa pikir panjang kami memutuskan untuk keluar beli makan di dekat kosan. Kami menikmati nasi jinggo yang jaraknya hanya 500 meter dari kosan. Puas makan, kami berkeliling dan rupanya sudah pukul 00.00 WITA. Akhirnya kami berhenti untuk menikmati kembang api di perempatan jalan.

 

Hujan, Jadi Penduduk Lokal, dan Random Itinerary Selama di Bali

 

Karena memang sudah musim hujan, selama liburan di Bali hampir setiap hari kami diguyur hujan. Terkadang hujannya gak rata membuat kami cukup kerepotan lepas pasang jas hujan. Belum lagi ditambah angin kencang. Bbrrr dinginnya Subhanallah. Agar tubuh tetap fit kami selalu minum vitamin dan makan buah.



Seakan menjadi penduduk lokal, kami kalau pagi-pagi jalan ke pasar tradisional untuk beli sarapan, buah atau kebutuhan lainnya selama tinggal di Bali. Makan di warung orang lokal (tetap yang halal ya), dan gak ada jadwal perjalanan yang jelas.

 

Perjalanan ke Bali kali ini bisa dikatakan gak pakai itinerary yang pasti. Semua spontan dan random. Kami juga mempertimbangkan kondisi cuaca yang gak menentu. Mengingat menggunakan motor maka kondisi cuaca dan fisik menjadi fokus utama. Jadinya kami lebih banyak explore coffee shop dan bersantai di kosan.

 

Jatuh Cinta Sama Canggu

 

Beberapa kali ke Bali, baru kemarin saya benar-benar keliling Canggu dan tempat ini membuatku jatuh cinta *emot love-love. Saking jatuh cintanya, saya sampai minta Bena untuk ke sana 2 kali. Bagi saya, suasana Canggu itu asyik banget untuk jalan-jalan. Slow living, dekat pantai, ada sawah, dan kawasan perumahan membuat daerah ini agak sedikit berbeda dari lainnya. Tapi karena ini sudah menjadi kawasan turis maka di jam-jam tertentu Canggu bisa sangat macet.

 

Ngapain aja di Canggu? Kami ke Pantai Batu Bolong. Ada beberapa pilihan pantai di sana, tapi kami memilih ke pantai ini. Lalu datang kedua kali ke Canggu, kami stop di Pantai Berawa. Cuacanya lagi asyik, maka Bena berenang di pantai, sedang saya duduk-duduk di pinggirnya. Kalau ke pantai sepertinya gak sah ya kalau gak basah. Ombak yang tiba-tiba besar membuat basah baju celana hingga ke pinggang. Kami di sini hingga sunset yang tersipu malu alias gak mau keluar dengan sempurna. Tapi langitnya jadi indah banget. Adem banget liatnya.



Karena waktu kami ke Canggu bertepatan dengan 1 hari sebelum perayaan Galungan maka warga sudah sibuk mempersiapkannya. Sungguh mengesankan.

 

Satu hari sebelum saya kembali ke Jakarta dan kami gak tahu lagi mau kemana, maka kami memutuskan untuk kembali ke Canggu tapi beda pantai yang kami kunjungi. Sebelum berkeliling Canggu, kami bersantai dulu di sebuah coffee shop yang letaknya di samping sawah. Ya ampun bikin saya dan Bena berkhayal punya rumah di situ heueheu. Enak banget tempatnya.

 

Jadi Kemana Aja Selama di Bali?

 

Dengan kerandoman itinerary ini, Kami ke Ubud, Petitenget, Canggu, Sanur, Kuta dan menikmati sekitaran kosan seperti Museum Bali dan Lapangan Puputan.

 

Terkadang MainJalan dengan random dan impulsif seperti ini menyenangkan juga. Asalkan kita gak diburu waktu, dan yang paling penting siap secara budget. Tapi kalau mau nekat dengan budget yang ada sih seru juga, saya pernah kok heuheuheu. Demikian cerita tahun baru yang mendadak ke Bali ini.

 

Pesan-pesan yang saya dapatkan ketika di Bali adalah “Jika memang sudah waktunya maka akan terjadi, kalau belum waktunya mau dipaksa seperti apa juga ya gak bakalan terjadi. Kalau memang untukmu pasti akan datang untukmu, begitu juga sebaliknya.”

 

Hmm Bali memang beda ya. Begitulah Indonesia dengan segala keindahannya.




Tidak ada komentar