Gunung Mas, Puncak, Bogor (dok. Andini Harsono) |
Pergi
ke Puncak, Bogor bukan pertama kali saya lakukan. Namun, kali ini pergi kesana dengan
menggunakan moda transportasi umum baru pertama kali saya lakukan yang biasanya
selalu menggunakan kendaraan pribadi dan beramai-ramai. Kali ini saya pergi ke
Puncak, Bogor tepatnya Gunung Mas, Cisarua, Bogor hanya berdua dengan saudara
saya Anjar dan kami menggunakan transportasi umum.
Tugu Gunung Mas (dok. Andini Harsono) |
Perjalanan
ini awalnya tidak disengaja. Keisengan kami yang suka berpetualang di akhir
pekan membawa kesana. Biasanya hanya nongkrong di mall, menghadiri pameran atau
semacamnya, bosan kalau harus begitu lagi. Ide ke Bogor baru tercetus hari
Sabtu, 14 Januari 2017 pukul 12.10 WIB. Tadinya hanya ingin naik kereta ke
Bogor, menikmati sore disana dengan wisata kuliner di Taman Topi atau ke Kebun
Raya Bogor yang sudah puluhan kali saya dan Anjar atau saya dan teman yang lain
lakukan. Sesampai di stasiun Bogor, perut keroncongan akibat belum melahap nasi
dari pagi maka saya meminta mampir makan soto mie dulu di Taman Topi. Waktu
menunjukkan pukul 14.30 WIB. Selama makan kami berdiskusi hendak kemana langkah
kaki selanjutnya, tiba-tiba muncul untuk (naik) ke Puncak menggunakan angkot.
Jari jemari spontan lincah berselancar di dunia maya mencari tahu petunjuk ke
Puncak menggunakan angkot dan kami menemukan beberapa rekomendasi.
Pukul
15.00 WIB kami bergegas mencari angkot biru 03 jurusan Bubulak–Barangnangsiang dan
kami turun di Barangnangsiang untuk dilanjutkan angkot ke arah Sukasari. Tapi
yang terjadi ketika kami bilang mau ke Cisarua (puncak), sang supir
memberhentikan kami di pinggir tol Jagorawi dan menyarankan untuk naik Colt
warna putih jurusan Bogor–Cianjur. Kami percaya aja. Begitu kami turun,
langsung digiring ke Colt berusia lanjut tersebut. Tarif angkot biru dari
Stasiun Bogor ke tol Jagorawi tersebut Rp. 4.000,- per orang.
Saat
duduk di Colt Cianjur, mata kami tidak berhenti menelanjangi interior dalam
Colt ini. Bangku yang sudah tidak lagi terasa empuk karena busa sudah tipis,
jendela yang sudah tidak lancar dibuka untuk mendapatkan hawa, ruang kaki
sangat sempit dan harus diisi penuh baru jalan. Namun, yang mengagumkan adalah
Colt ini kuat nanjak dan ngebut walaupun sudah berusia. Karena tidak tahu rute
dan tarif, maka kami tanya kanan kiri. Kebetulan di samping saya ada seorang
Ibu hendak ke Cipanas yang ramah dan memberi tahu kami lengkap. Tarif Colt ini
di hari biasa hanya Rp. 15.000,- tapi karena itu weekend maka tarifnya naik 2x lipat menjadi Rp. 30.000,- per orang.
Sebenarnya kalau tadi naik angkot dari Sukasari ke Cisarua tarifnya hanya Rp.
15.000,- tapi harus ke Barangnangsiang
lalu ke Sukasari terlebih dahulu. Jadi kalau dihitung-hitung tarifnya hampir
sama. Colt ini tidak melewati rute angkot yang dari Sukasari. Berhubung juga
macet total maka Colt ini melewati jalur alternatif dan nembus di Megamendung
Puncak.
Perjalanan
menjadi seru ketika hampir semua penumpang saling mengobrol menggunakan bahasa
Sunda. Ibu disamping saya pun mengajak saya ngobrol pakai bahasa Sunda,
untungnya saya bisa sedikit-sedikit. Setelah berhenti sebentar untuk menunggu
jalur dibuka (karena diberlakukan sistem buka tutup jalur), Colt ini kembali
melanjutkan perjalanan dan kami pun sampai di Gunung Mas. Waktu menunjukkan
pukul 18.10 WIB. Semua orang bingung melihat kami masuk ke arah gerbang Gunung
Mas karena sudah tutup. Lalu kami meminta ijin masuk untuk ke toilet sama
satpam dan kami segera bergegas mencari tempat makan sambil memikirkan langkah
selanjutnya. Rencananya kami tidak menginap di sana, tapi karena hari sudah
gelap dan kami belum melaksanakan tujuan kami, akhirnya kami memutuskan untuk
mencari penginapan murah.
Traveloka
menjadi pilihan saya untuk mencari penginapan murah, nyaman dan tidak jauh dari
kami berada. Kami berteduh dari hujan dan mengisi perut keroncongan di KFC Tugu
Puncak. Setelah menimbang-nimbang dari segi harga, lokasi dan kondisi
kamar/penginapan, pilihan kami jatuh pada Laguna Resort dan Hotel, Citeko,
Cisarua, Puncak, Bogor dimana hanya berjarak 4 KM dari KFC Tugu Puncak.
Sebenarnya seperti yang diketahui bersama banyak sekali villa kamar murah yang
disewakan sepanjang jalan puncak. Namun, rasa khawatir menghinggap di hati
kami. Kenapa memilih melalui Traveloka, lebih ke rasa aman dan pembayarannya
bisa ditransfer (karena kami kehabisan cash). Oya di Laguna Resort dan Hotel
kami dapat harga kamar Rp. 215.575,- per malam (sudah diskon) termasuk sarapan
pagi.
Kamar kami yang pojok (dok. Andni Harsono) |
Dari
KFC Tugu Puncak menuju Laguna, kami menggunakan Grab Car dengan tarif Rp.
28.000,- dan karena menggunakan kode promo menjadi Rp. 18.000,-. Begitu sampai
di Laguna, kami merasa surprise
karena suara kodok, jangkir serta aliran air dari sungai mengalir menambah ketenangan
malam. Tempat ini cocok bagi Anda yang ingin istirahat dari segala macam
rutinitas yang melelahkan. Suasana tenang, pedesaan, dan pastinya udara dingin
menambah rasa ngantuk.
Halaman depan kamar kami (dok. Andini Harsono) |
Halaman depan Laguna Resort dan Hotel (dok. Andini Harsono) |
Keesokan
harinya, kami bergegas menuju Gunung Mas dengan menggunakan Grab Bike dengan tarif
Rp. 10.000,- per orang. Masuk ke Gunung Mas Rp. 15.000,- per orang. Tidak jauh
dari pintu masuk Gunung Mas, banyak yang menawarkan naik kuda dan juga ATV tapi
kami memilih jalan kaki ke atas. Bagi Anda yang gak kuat jalan, ada angkot juga
bisa menjadi pilihan untuk menikmati keindahan kebun teh Gunung Mas ini. Setelah
puas berfoto dan berjalan sampai Agrowisatanya, hujan turun dan kami langsung
turun untuk mengejar waktu pulang. Kami sempat makan bakso di sana dengan harga
Rp. 15.000,- per mangkok dan menikmati secangkir teh di Tea Corner pada pintu
masuk/keluar Gunung Mas. Harga teh per cangkirnya Rp. 5.000,-. Ada banyak
macam-macam teh yang ditawarkan. Saya memilih Black Tea dan Anjar Green Tea. Semuanya
enak.
Pemandangan keren Gunung Mas, Puncak Bogor (dok. Andini Harsono) |
Hamparan Kebun Teh menyejukkan mata (dok. Andini Harsono) |
Tea Cafe Gunung Mas, Puncak Bogor (dok. Andini Harsono) |
Gunung Mas, Puncak-Bogor (dok. Andini Harsono) |
Tea Gallery Gunung Mas, Puncak-Bogor (dok. Andini Harsono) |
Dalam Tea Gallery Gunung Mas (dok. Andini Harsono) |
Camping Ground Gunung Mas (dok. Andini Harsono) |
Perjalanan
pulang ada beberapa alternatif kendaraan juga. Colt putih dari Cianjur (sama
dengan ketika kami berangkat), bus sedang Narita (Cianjur-Jakarta), bus besar
Doa Ibu (Tasik-Jakarta), dan angkot Cisarua-Sukasari. Kami memilih naik angkot
berwarna biru tersebut. Karena hari minggu, jalur puncak sangat padat. Hujan
turun begitu derasnya. Macet plus hujan deras, paduan pas untuk mengalami
kelelahan perjalanan berlipat-lipat (bagi saya). Angkot kami pun hanya mau mengantarkan
kami hingga Ciawi, kemacetan parah membuat sang supir angkat tangan. Kami turun
dan menyebrang untuk mencari ATM dan minimarket. Lalu kami menyambung angkot
hijau dan turun di Lippo Ekalokasari Bogor untuk berganti angkot menuju Stasiun
Bogor. Tarif Gunung Mas-Ciawi Rp. 15.000,- per orang (dipatok sama seperti sampai
Sukasari -.-), angkot Ciawi–Lippo Ekalokasari Rp. 3.000,- per orang, angkot
Lippo Ekalokasari Rp. 4.000,- per orang.
Black Tea, Tea Corner Gunung Mas (dok. Andini Harsono) |
Total
biaya dari perjalanan ini bagi saya adalah Rp. 348.000,- sudah termasuk makan
dan jajan. Termasuk cukup murah ya dibandingkan kalau harus sewa mobil kesana. Kalau
ke mall pasti juga mengeluarkan uang kurang lebih segitu juga. Tapi lebih
penting dari itu semua adalah pengalaman yang saya dan Anjar dapatkan. Banyak
pelajaran dan pengalaman yang kami dapatkan dari perjalanan ini. Seperti kalau
mau naik ke Puncak sebaiknya dari pagi-pagi agar tidak kena macet dan bisa
pulang pergi. Bawa jaket karena dinginnya minta ampun apalagi hujan. Selalu bawa
minum dan makanan ringan di tas karena kalau macet parah, Anda bisa mati gaya. Dan
yang paling penting harus ramah dan tidak malu bertanya kepada semua orang yang
ada disana. Kalau tidak, kami akan nyasar dan disasarin. Adanya GPS juga sangat
membantu kami kemarin.
Melakukan
suatu perjalanan tidak ada salahnya asal siap fisik, siap mental dan siap
finansial. Perjalanan yang tidak sengaja justru sangat menyenangkan dan memberi
kesan tersendiri. Dari setiap perjalanan pasti mengukir kisah baru yang indah
untuk ditulis, dikenang dan diceritakan. Dan dengan melakukan perjalanan adalah
cara saya untuk mensyukuri hidup. Siapa yang ingin ke Puncak, Bogor dengan
menggunakan transportasi umum? Saya siap menemani dan menjadi guide Anda :)
#mainjalan ke Gunung Mas, Puncak-Bogor (dok. Andini Harsono) |
Mba Din, kapan ke sini lagi, april apa? Hehe
BalasHapusBerawal dari keisengan eh pemandangan kece banget, asri
Ayo agendakan Mba Titis :)
HapusSaya sll suka kebin teh puncak, tapi belum pernah nyoba naik kendaraan umum kesananya mba Din. Kayanya seru jg kalo rame2 gitu ya :)
BalasHapusSeru banget Mba Sari. Monggo kapan2 dicoba :D terima kasih sudah menjejak di tulisan ini :)
HapusMas disini ada paralayangnya juga gak ya??
BalasHapusHabis idul Fitri th.2019 berapa tiket masuk ke gunung mas ya..mohon infonya
BalasHapus