Siem Reap, Cambodia Bikin Susah Move On

Angkor Wat, Siem Reap, Cambodia
(dok. mainjalan.com)


Setelah singgah kurang dari 24 jam di Ho Chi Minh City, Vietnam, saya dan ketiga sahabat saya melanjutkan perjalanan ke Siem Reap, Kamboja. Kata Kak Uen, salah satu sahabat yang menjadi ketua geng Tour De ASEAN (ala-ala) 2017 ini, Siem Reap bagus banget dan bikin susah move on. Dia sudah menjelajahinya pada tahun 2016 lalu. Waw, makin tidak sabar saya.

Naik Sleeping Bus Ho Chi Minh City (HCMC) – Siem Reap (SR)

Bertolak pukul 00.00 waktu Ho Chi Minh City menggunakan sleeping bus, kami benar-benar mempersiapkan diri. Mulai dari komplitnya perbekalan (air minum, roti, biskuit, permen) setelah sebelumnya kami mengisi perut dengan makan malam hingga mempersiapkan jaket dan kaos kaki. Untuk masuk ke bus ini, penumpang diwajibkan lepas alas kaki dengan menyimpan sandal atau sepatu ke dalam kantong plastik yang disediakan lalu dibawa ke tempat tidurnya masing-masing.

Beginilah kondisi sleeping bus nya
(dok. mainjalan.com)

Bus ini memang didesain untuk tidur. Tidak ada kursi layaknya bus, langsung bunk bed atau tempat tidur susun lengkap dengan bantal dan selimut. Satu kotak tempat tidur berisi dua orang, kalau atas bawah berarti empat orang. Sudah ada nomor dan penumpang menempati sesuai dengan nomornya, kecuali kosong, bisa deh pindah-pindah. Oya bus ini tidak bisa distop di sembarang tempat, harus melalui agen resmi per kotanya.

Biaya perjalanan menggunakan bus ini $24 kalau dirupiahkan dengan kurs Rp. 13.400,- waktu itu menjadi Rp. 321.600,-

Begitu naik bus, langsung tidur deh. Kami hanya bisa melihat lampu-lampu jalan, kabel listrik, papan reklame dan pohon-pohon sepanjang perjalanan. Kami tidak tahu ada dimana, kami hanya bisa pasrah dengan supir yang membawa kami. Saya juga tersiksa karena AC di bus ini dingin banget.

Sekitar pukul 07.00 pagi waktu setempat, kami dibangunkan oleh kondektur dengan cara digedor-gedor kabin tidur kami untuk pemeriksaan Imigrasi keluar Vietnam dan masuk Kamboja. Kami menghela nafas lega. Beruntungnya kami dapat kenalan orang Thailand bernama Naomi yang sedang bepergian bersama kakaknya menuju Siem Reap juga. Lumayan deh punya teman ngobrol.

Bersama Naomi dan Kakaknya di depan Imigrasi Vietnam dan Kamboja
(dok. mainjalan.com)

Setelah pemeriksaan selesai, kami naik ke bus lagi dan kembali tidur. Habis mau ngapain? :(

Transit di Phnom Penh

Matahari sudah mulai masuk melalui sela-sela jendela bus. Saya mengintip jam tangan ternyata sudah pukul 10.00 pagi. Lalu kondekturnya teriak-teriak mengatakan bahwa kami akan segera sampai di Phnom Penh, bagi yang hendak ke Siem Reap, bisa melanjutkan perjalanan menggunakan HI-ACE dan itu sudah satu paket alias tidak bayar lagi, kami cukup menukarkan tiketnya di loket pool bus tersebut.

Begitu turun dari bus, saya teriak, Alhamdulillah, bersyukur banget kalau supirnya membawa kami ke jalan yang benar :D maklumlah baru pertama kali naik bus bukan hanya antar kota antar provinsi, tapi antar negara. Seruuuu...

Jangan khawatir bagi kalian para backpacker yang tidak mau membeli SIM Card, pool bus ini dilengkapi WIFI yang cukup kencang. Akhirnyaaa..

Setelah hampir 3 jam menunggu, kami naik ke van. Oya, ada kisah lucu, selama kami menunggu di pool ada sepasang suami istri sepertinya dari Perancis yang terheran-heran melihat tingkah kami. Kenapa? Karena kami bergantian pergi ke kamar mandi, numpang sikat gigi dan cuci muka, lalu kami menggunakan lip balm dan koyo cair. Kemudian sang istri bertanya, cairan apa itu yang dioleskan ke leher dan pundak kami? Dan dia minta mencobanya, setelah tahu rasanya panas, dia lalu tertawa dan tidak tahan dengan panasnya. Hahaha.

Akhirnya kami satu van dengan suami istri tersebut. Kami berempat memilih duduk paling belakang karena pas untuk 4 orang. Sang istri tepat duduk di depan saya. Kemudian sempat mengobrol sebentar lalu kami tertawa cekikikan karena ada penumpang yang tidurnya mendengkur. Sang istri girang, mungkin di Negaranya jarang ya denger orang tidur ngorok hehe.

Selama perjalanan, sang supir sempat berhenti ke pom bensin dan saatnya kami pergi ke toilet dan membeli perbekalan kembali. Apa lagi kalau bukan roti dan biskuit. Selama ada air minum dan dua jenis makanan itu, kami bahagia. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan ciamik dengan cuaca gerimis romantis dan aaahh benar saja, Siem Reap memang beda.

Supir membawa kami singgah di sebuah restoran pinggir danau, semacam gubug-gubugkan resto gitu, persis seperti di Bandung hehe. Dia bilang kalau mau makan bisa, tentunya bayar sendiri-sendiri ya karena tidak termasuk paket. Kami berempat memilih untuk berjalan berkeliling restoran karena pemandangannya sayang banget kalau dilewatkan.

Tiba di Siem Reap

Tepat pukul 17.30 waktu setempat, kami tiba di Siem Reap. Kak Uen sudah memesan Tuk-tuk langganannya dengan Pak Usman sebagai pemilik sekaligus driver. Tapi sayangnya, Pak Usman sore itu sedang sibuk, sehingga kami dijemput dengan Bapak (OMG saya lupa namanya, maafkan), sebut saja Bapak Tuk-tuk. Kami diantar menuju hotel Orchid samping pasar tradisional Siem Reap.

Saya langsung jatuh hati sama tempat ini. Hotelnya bagus dengan harga murah banget. Hotel seharga Rp. 160.000,- semalam ini sudah dapat sarapan dan wifinya kencang. Penting bagi kami adalah karyawannya begitu ramah. Menyenangkan.

Pemandangan dari jendela kamar saya.
Itu adalah bangunan pasar tradisional Siem Reap
(dok. mainjalan.com)

Setelah bersih-bersih badan, kami sepakat untuk keluar makan malam dengan berjalan kaki. Kami mengunjungi kawasan turis dengan deretan kafe-kafe baik di dalam kios, kaki lima, hingga di gerobakan. Unik banget. Siem Reap menyediakan bar-bar di pinggir jalan dengan gerobak.

Sungai dengan hiasan lampu-lampu di malam hari
(dok. mainjalan.com)

Restoran dan Hotel terkenal di Siem Reap
(dok. mainjalan.com)

Pub Street, kawasan turis di Siem Reap
(dok. mainjalan.com)

Siem Reap menggunakan Dollar untuk transaksinya. Ini nih yang agak tidak asyik. Padahal mereka memiliki mata uang Kamboja yaitu Real Cambodia, tapi untuk turis mereka memberlakukan Dollar. Tapi jangan khawatir, makanan di sini murah. Cukup $1-3 saja, perut sudah puas terisi. Oya jangan lupa mencicipi banana pancake yang menjadi makanan favorit kota ini.

Rincian pengeluaran saya begitu tiba di Siem Reap :
Tuktuk $1
Makan malam $3
Banana Pancake $1
Hotel 1 malam Rp. 80.000,-


Tidak ada komentar