Menikmati Kebun Istana Keraton : Taman Sari Yogyakarta



Yogyakarta (Jogja) selalu istimewa di hati saya. Kenapa? Di kota inilah saya dibesarkan dengan segala “drama” kehidupan masa remaja *senyumkuda. Berjuang segala daya dan upaya agar bisa mengukir prestasi dan mendapatkan berbagai pengalaman di segala bidang ilmu yang akhirnya membawa saya menentukan minat atau passion.

Jogja selain menjadi kota pelajar juga sebagai kota budaya. Kesenian yang menjadi ciri khas budaya Jawa masih sangat terasa di kota ini. Waktu sekolah di Jogja, saya mengambil ekstrakulikuler teater yang memberikan banyak ilmu berharga. Selain berakting, saya diajarkan menari hingga menabuh gamelan. Jadi, budaya Jawa lengkap dengan keseniannya sudah melekat sejak saya dilahirkan sebagai keturunan Jawa. Sungguh perjalanan hidup masa remaja yang tidak bisa saya lupakan, dan manfaatnya saya rasakan hingga kini, hampir dua puluh tahun berlalu :)

 

Meskipun saya menghabiskan masa kecil hingga remaja di kota gudeg ini, namun tak sekalipun saya pernah “sowan” ke Taman Sari Ngayogyakarta, meskipun berkali-kali saya ke Keraton. Setiap ingin berkunjung ke Taman Sari selalu saja tidak jadi padahal sudah sampai di Keraton Ngayogyakarta. Sejak pindah ke Ibukota Jakarta dan berkunjung ke Jogja juga sama saja, tidak pernah ada kesempatan untuk ke Taman Sari. Namun, seakan Semesta telah menentukan waktu yang tepat. Akhirnya saya bisa sowan ke Taman Sari akhir Mei 2022 lalu ketika saya kembali ke Jogja. Duh Gusti, dalem seneng sanget, maturnuwun :)

 

Ademnya Taman Sari Hingga ke Hati

 

Taman Sari Keraton Yogyakarta atau Taman Sari Yogyakarta merupakan situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dimana kebun tersebut dibangun semasa Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1758 hingga 1765. Memiliki luas kurang lebih 10 hektar dengan bangunan sekitar 57 buah berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan dan lorong bawah tanah. Dulunya meskipun sebagai kebun keraton, Taman Sari juga difungsikan sebagai benteng pertahanan ketika terjadi serangan.

 

Ada 4 bagian di kompleks Taman Sari yaitu danau buatan yang terletak di sebelah barat, Pemandian Umbul Binangun pada bagian selatan danau buatan, Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Karena lokasinya yang luas maka pengunjung bisa menggunakan jasa guide untuk menemani selama berada di kompleks Taman Sari jika ingin berkeliling ke seluruh wilayahnya.



Saya sendiri memilih untuk menikmati Taman Sari di bagian kolam pemandiannya saja yang disebut Umbul Binangun (dalam Bahasa Jawa dibaca Umbul Winangun). Cuaca panas Jogja menjadi adem dengan melihat kolam dan juga dinginnya dinding di bagian bangunan sekitar kolam. Ada ruang-ruang yang dulu sebagai ruang ganti permaisuri atau puteri dan ada juga ruang istirahat Sultan. Pada zamannya, yang boleh masuk ke sini hanyalah permaisuri (dan para garwa ampil), puteri Sultan dan Sultan. Terbayang oleh saya, setelah mandi di kolam, duduk-duduk di ruangan ini sambil menikmati teh hangat dan kudapan seperti jajanan pasar. Santai sore menghabiskan waktu bersama keluarga, dan juga healing-healing kalau kata anak jaman sekarang hehe.

 

Kampung Wisata Taman Sari

 

Karena memilih tidak menggunakan jasa pemandu ketika berkeliling Taman Sari maka saya blusukan sendiri ke kampung di sekitar Umbul Binangun. Kampung wisata Taman Sari secara kewilayahan berada di kelurahan Patehan, kecamatan Kraton yang sudah menjadi kampung wisata dengan suguhan kerajinan khas Jogja lengkap dengan kulinernya. 

 

Cuaca semakin panas maka saya memutuskan untuk “ngaso” dulu di sebuah warung soto, angkringan yang menjual jamu Jawa seperti kunyit asam dan beras kencur. Saya memesan segelas Es Kunyit Asam dan Gusti Allah enak banget *mukagirang. Pemilik warung merupakan seorang pengrajin batik yang sudah melanglang buana ke berbagai Negara mempromosikan batik Jogja. Di sini juga beliau membuka kelas membatik untuk pelajar, mahasiswa dan umum.

 

Saya melihat beberapa orang mahasiswa sedang praktik batik Lukis di atas kain sepanjang sekitar 5 meter. Mengesankan. Diiringi dengan lagu-lagu Jawa, betapa damainya hati melihat perpaduan indah ini. MasyaAllah.

 

Mengenang Situs Sejarah Budaya Yang Instagramable

 

Selain cerita sejarahnya, bangunan Taman Sari sangat cantik sehingga membuat tempat ini menjadi salah satu tempat yang Instagramable. Rata-rata pengunjung datang ke sini memakai pakaian OOTD dan siap berpose mengabadikan momen lalu diunggah ke laman sosial media miliknya. Setiap sudutnya indah dan memanjakan mata. Tembok yang tinggi mengelilinginya membuat istana di cerita dalam dongeng itu nyata. Tak akan terlupakan.


Sungguh saya bersyukur akhirnya diberi rezeki bisa berkunjung ke Taman Sari Yogyakarta. Menikmati setiap jengkal warisan leluhur sebagai pengetahuan dan pengalaman baru dalam hidup. Mengenal lebih dekat dengan masyarakat sekitar yang telah lama mendiami wilayah di sekitar situs merupakan kebahagian tersendiri yang saya rasakan. Bukan saja untuk diabadikan dalam foto atau video tapi diabadikan dalam ingatan. Menjadi cerita yang akan saya bagikan ke anak cucu kelak bahwa Indonesia kaya akan budaya dan keindahan sejak dulu kala.

 

Ketika berada di sini, tetap disiplin protokol kesehatan, jaga sikap, pakai pakaian sopan dan nikmatilah warisan leluhur ini sebagai kekayaan bangsa yang wajib dilestarikan. Selamat MainJalan ke Taman Sari Yogyakarta.



Tiket masuk Rp. 5.000,-

Jam buka pukul 09.00 – 15.00 WIB.

--

Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Sari_Yogyakarta 

Tidak ada komentar