Sejak
kembali bisa MainJalan, saya ada ketertarikan
untuk explore lebih banyak lagi tentang sejarah dan budaya bangsa.
Mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti monumen atau museum menjadi top
list ketika saya melakukan perjalanan ke suatu kota. Yap, seperti ketika
MainJalan ke Surabaya 2 bulan yang lalu. Ups, gak sadar sudah 2 bulan berlalu namun
kenangannya masih melekat. Jangankan 2 bulan, yang sudah bertahun-tahun
sekalipun kenangan itu masih bisa tersusun rapi dalam memori.
Saya
teringat ucapan mentor saya, “Meskipun kamu gak sempat foto atau buat video
perjalananmu, tapi kenangan itu akan terus tersimpan di sini Din (sambil nunjuk
kepala). Memori itu yang akan menemanimu selamanya. Jadi kenapa harus berhenti
memperbanyak kenangan melalui perjalanan?”
Nah,
terinspirasi darinya, saya rajin memperkaya memori dalam perjalanan dengan mengenang bangsa ini di masa lampau. Waktu di Surabaya kemarin, tujuan saya hanya
2, ingin menikmati kota tua Surabaya lengkap dengan tempat-tempat bersejarah
entah museum atau monumen dan beribadah ke Masjid Sunan Ampel. Alhamdulillah saya
dan Mba Lita (teman MainJalan saya ke Surabaya) berhasil mengunjungi Monumen
Kapal Selam Surabaya. Baru lewat di depannya saja saya sudah gak berkedip,
bagaimana bisa kapal selam segede itu ada di antara keramaian kota? Asli, megah
banget.
Magisnya
Monumen Kapal Selam Surabaya
Monumen
Kapal Selam atau disingkat Monkasel ini terletak di Embong Kaliasin, Genteng,
Surabaya. Resmi dibuka pada tahun 1998, Monkasel merupakan monumen yang dibuat
dari kapal selam asli, KRI Pasopati 410, salah satu kapal selam milik armada
Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952.
KRI
Pasopati 410 berperan aktif menegakkan kedaulatan negara dan hukum laut. KRI
Pasopati 410 pernah bertugas dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian
Barat dari Belanda. Kapal selam ini menjadi saksi Operasi Trikora.
KRI
Pasopati 410 dinonaktifkan dari jajaran TNI Angkatan Laut pada tahun 1990 dan
diubah menjadi Monumen Kapal Selam untuk mengenang perjuangan Operasi Trikora,
mengenang jasa-jasa para pahlawan sekaligus menjadikan kapal selam ini abadi
hingga ke anak cucu.
Kami
berkunjung sekitar pukul 16.00 WIB ketika matahari sudah lebih teduh. Begitu
menginjakkan kaki memasuki area monumen, mata saya tak pernah berhenti memandang
dan berdecak kagum. “Buset, selama ini sering nonton kapal selam di film-film Hollywood
atau Eropa yang saya tonton, sekarang saya bisa melihat wujud kapal selam langsung.”
Begitulah kekaguman saya dalam hati. Bergegas saya memutari luar badan kapal
selam KRI Pasopati 410 ini.
Mba
Lita sudah memanggil untuk segera masuk ke dalam kapal selam. Oh My God
kebayang jika berada dalam kapal selam ini saat bertugas di kedalaman sekian meter
di lautan. *geleng-geleng kepala. Disambut dengan petugas untuk memeriksa tiket
masuk dan menerangkan secara ringkas tentang kapal selam ini, kami mulai
memperhatikan satu per satu ruangan dan juga apa saja yang ada di dalamnya bersama
dengan beberapa pengunjung lain, ada yang bawa anak-anak dan juga ada wisatawan
mancanegara.
Di
bagian depan kapal selam ada ruang tempat peluncuran torpedo dan pintu masuk
kapal. Menuju ke tengah merupakan ruang serbaguna untuk Perwira seperti ruang
untuk istirahat, kerja, makan, dan juga ada radio pemancar yang digunakan untuk
mengirim berita atau informasi.
Ruangan
selanjutnya merupakan Pusat Informasi Tempur dimana Komandan kapal menggunakan
ruangan ini untuk mengatur seluruh kegiatan saat kapal beroperasi, berlayar dan
saat melaksanakan serangan torpedo. Saya jadi ingat film Hollywood berjudul “Hunter
Killer” yang menceritakan kapal selam Amerika Serikat melakukan misi penyelamatan.
Nah, saya bisa berada di ruangan mirip dengan film yang saya tonton itu.
Ruangan
selanjutnya merupakan ruangan tempat tidur ABK, ruang makan, dapur, dan tempat penyimpanan
makanan. Disusul dengan ruangan yang digunakan sebagai ruang diesel. Lalu ada
ruang listrik, dan yang terakhir adalah ruangan torpedo buritan dan terdapat 2
buah peluncuran torpedo. Di bagian atas ruangan ini terdapat pintu masuk ABK
dari arah geledak buritan ke dalam kapal selam.
Oh
iya pengunjung juga akan menemui foto-foto komandan kapal selam ini. Gak terbayang
betapa besar perjuangan beliau-beliau semua yang tergabung dalam operasi kapal
selam KRI Pasopati 410 ini. Harus rela berbulan-bulan berpisah dari keluarga
demi menjalankan tugas Negara tercinta.
Haru
Membiru Menonton Film Dokumenter
Selain
merasakan bagaimana berada di dalam kapal selam, pengunjung juga bisa
memperkaya informasi dengan menonton film dokumenternya di ruang multimedia.
Biasanya film ini diputar 1 jam sekali. Haru membiru perasaan saya selama
menontonnya. Sungguh terbayang bagaimana kejadian pada masa itu, saat bangsa
ini berjuang untuk tetap utuh, kuat dan merdeka.
Sebentar
lagi Indonesia akan memasuki usia 77 tahun kemerdekaan. Gak ada salahnya kita
ajak anak-anak, sanak saudara, teman-teman untuk kembali mengenal lebih dekat
dengan sejarah bangsa ini. Tanpa adanya peristiwa masa lampau, belum tentu kita
bisa seperti ini. Teknologi semakin berkembang, masa lalu kita bisa jangkau
dengan cerita, informasi dan datang langsung ke tempat-tempatnya.
Monumen
Kapal Selam Surabaya menjadi tempat menarik, unik, edukatif yang juga
inspiratif untuk dikunjungi. Memotivasi generasi jaman now untuk tetap
menjaga jati diri bangsa dengan karya-karya positif dan bersama memajukan
Negara Republik Indonesia di segala bidang.
Monkasel
juga sebagai bukti nyata kekuatan kemaritiman Indonesia yang terbangun sejak
jaman Kerajaan Majapahit dimana telah memiliki armada khusus kelautan. Bukti kekuatan
kemaritiman Indonesia sebagai Negara yang 2/3 adalah lautan.
Dalamnya
lautan sudah bisa dibuktikan dengan kapal selam, dalamnya hati hanya bisa
dibuktikan dengan cinta tulus terhadap sesama, termasuk bangsa dan Negara. Begitu
kira-kira pesan yang saya dapatkan selama mengunjungi Monkasel ini.
Terima
kasih kepada para pahlawan, para laksamana kapal selam KRI Pasopati 410 dan seluruh
awaknya.
--
Tiket
masuk Rp. 15.000,-
Jam
buka pukul 08.00 – 20.00 WIB
Referensi
:
Tidak ada komentar