Cantiknya Wat Mahathat Ayutthaya


...
cerita sebelumnya ada di sini yaa


Wat Mahathat Temple

Di kota Ayutthaya terdapat banyak kuil dengan stupa-stupa dan pagoda yang sangat menarik serta mempunyai histori masing-masing. Salah satu yang besar dan mempunyai icon menarik adalah Wat Phra Mahathat atau Wat Mahathat. Menjadi iconic sebab ada Kepala Buddha yang berada di antara akar pohon bodhi yang tertanam kuat.

 

Wat Mahathat dibangun saat Raja Borommaracha I memerintah tahun 1374. Pembangunannya selesai pada masa Raja Ramesuan sebelum Ayutthaya menjadi ibukota Siam.

 

Wat Mahathat memiliki ciri prang bergaya Khmer. Tapi saya melihatnya seperti bangunan Candi Trowulan. Ada banyak prang di sini. Sebagian kondisinya sudah miring dan gak utuh lagi. Stupa-stupa Buddha juga banyak yang sudah gak utuh. Tempat ini cukup luas untuk dikelilingi. Karena cuaca begitu panas maka pengelola menyediakan payung yang bisa digunakan pengunjung.

 

Dulunya Wat Mahathat merupakan tempat upacara-upacara Kerajaan Ayutthaya baik yang sifatnya keagamaan atau bukan. Maka tak heran meskipun cuaca terik di beberapa titik kuil ini terasa sejuk.

 

Prang yang tersebar di seluruh area kuil menjadi pemandangan eksotis dan tentunya sangat indah untuk menjadi latar belakang foto hehe. Pengunjung banyak yang OOTD di sini. Paling popular mereka berfoto bersama Kepala Buddha di antara akar pohon bodhi.




Gak ada cerita pasti yang menjelaskan bagaimana stupa Kepala Buddha itu bisa berada di antara akar pohon bodhi. Letaknya yang unik sangat menarik untuk diabadikan. Gak heran, pengunjung rela antri untuk foto bersamanya.

 

Tiket masuk ke sini THB 50. Di area parkir kuil ini tepatnya di tepian sungai ada kafe bernama Sanohat Ayutthaya, tempat yang asyik untuk bersantai sambil minum kopi dan menikmati senja.

 

Sekilas Tentang Ayutthaya

 

Kota tua yang memiliki nama lengkap Phra Nakhon Si Ayutthaya merupakan ibukota Provinsi Ayutthaya, Thailand. Didirikan tahun 1350 oleh Raja Ramathibodi I atau Uthong dan menjadi ibukota Kerajaan Ayutthaya di Siam. Kota Ayutthaya dihancurkan oleh Burma tahun 1767 dan reruntuhannya saat ini dikenal sebagai Ayutthaya Historical Park yang juga menjadi UNESCO World Heritage Site pada tahun 1991.

 

Kerajaan Ayutthaya mencapai masa keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Selain perdagangan, Ayutthaya memiliki kesenian, kesusastraan, dan pembelajaran yang berkembang. Ayutthaya akhirnya menyerah terhadap Burma setelah berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) memperebutkan Khmer (Kamboja).




Ketika berada di Ayutthaya saya teringat dengan Pagoda-pagoda yang berada di Burma (Myanmar) dan Khmer (Kamboja). Rupanya memang ada pengaruhnya. Tempat-tempat yang eksotis untuk dikunjungi, terutama bagi kita pencinta sejarah, seni dan budaya.

 

Ngopi Sore Sebelum Kembali ke Bangkok

 

Setelah lelah berkeliling di Wat Mahathat kami memutuskan untuk rehat sejenak menikmati sore sambil minum kopi dan minuman segar lainnya di sebuah Coffee Shop di seberang Wat Ratchaburana (sebelah dari Wat Mahathat). Nama tempat ngopinya Prang View warna catnya putih dan ada kaca besar di bagian depan kafe. Pengunjung ramai hampir mengisi meja dan kursi yang disediakan. Kami menunggu sebentar agar dapat meja kursi yang sesuai. Seperti namanya, kafe ini menyajikan view pagoda di depannya.

 

Suasana ramai, pelayan sibuk tapi saya gak merasakan itu sibuk sekali. Masih dibatas normal. Orang lokalnya ramah-ramah dan terkesan slow. Sepertinya memang karena Ayutthaya bukan kota yang sibuk. Kota wisata yang kalem.

 

Di depan kafe ada Wat Ratchaburana yang tak kalah luas dengan Wat Mahathat. Sudah gak sanggup berkeliling karena benar-benar terik serta waktu gak cukup lagi untuk mengejar kereta api kembali ke Bangkok. Jadwal kereta api yang sama seperti ketika berangkat ada di pukul 16.50 kalau tidak salah dan 18.50. Sayangnya gak boleh pesan tiket diawal harus 1 jam sebelum keberangkatan jadi kami harus berada di stasiun 1 jam sebelum waktu keberangkatan yang dipilih. Karena sepertinya gak kekejar yang jam 16an maka kami memilih kereta jam 18an dimana itu kereta ekonomi terakhir di hari ini dari Ayutthaya menuju Bangkok. Kalau ketinggalan ya sudah bermalam deh di Ayutthaya hehe.

 

Oya harga minuman di kafe ini standard umumnya coffee shop. Kami gak mencoba makanannya. Kalau melirik meja-meja sebelah kebanyakan memesan Mango Sticky Rice dan Thai Tea Bobba yang disajikan dengan wadah berbeda. Nampaknya enak terlihat dari tampilan yang menarik. Pengunjung terlihat menikmati suasana sembari bercengkrama dengan kelompoknya masing-masing.

 

Hujan Menjadi Ucapan Selamat Bertemu Kembali

 

Waktu menunjukkan pukul 4. Kami bergegas menuju stasiun dengan mencoba memesan grab car. Begitu beranjak keluar kafe terlihat cuaca yang terik berubah mendung. Perlahan matahari ditutupi oleh awan abu-abu gelap dan rintik hujan mulai membasahi. “Wah hujan..” bisik saya dalam hati. Biasanya kalau saya mengunjungi suatu tempat dan dikasih hujan diakhir perjalanan saya kembali, maka saya akan kembali lagi ke tempat itu. Nah, semoga ya.

 

Bagi saya, Ayutthaya kota yang nyaman, hmm mungkin karena memang saya suka dengan suasana kota tua ya. Tapi Ayutthaya memberi ‘rasa’ berbeda. Saya jadi penasaran dengan suasana malamnya. Ayutthaya punya night market dan paket makan malam di atas kapal. Sepertinya menarik hehe.

 

Suasana jadi romantis karena ditemani hujan perjalanan menuju stasiun. Adem. Sesampainya di stasiun, kami langsung membeli tiket dan punya waktu tunggu sekitar 1 jam hingga kereta datang. Kami kembali keluar stasiun menuju Seven Eleven untuk jajan. Karena perut sudah kembali terasa lapar, kami membeli makanan siap saji. Tentunya setelah teliti memilih yang berlogo halal. Di depan Seven Eleven banyak juga yang menjual makanan. Tapi sepanjang mata memandang belum ada yang menyajikan makanan halal. Mungkin ada tapi saya gak melihatnya. Ada beberapa hostel juga yang bisa menjadi pilihan jika ingin menginap di sini.

 

Stasiun sangat ramai. Banyak calon penumpang mulai berdatangan. Selain ke Bangkok, Stasiun Ayutthaya juga melayani kereta api tujuan Chiang Mai dengan beragam kelas kereta. Ke Bangkok juga ada beberapa pilihan kelas kereta. Karena kami memilih kereta api ekonomi no seat dan ternyata penumpangnya ramai sekali jadi kami berdempet-dempetan seperti naik KRL Jabodetabek di jam pulang kantor. KRL masih punya AC, kereta api ini pakai kipas angin, bagaimana rasanya? “Wow”.

 

Suatu hari, semoga diizinkan kembali ke Ayutthaya dan saya ingin menginap di sini. Agar bukan saja Wat Mahathat yang saya kunjungi tapi Wat Ratchaburana, Wat Chai Wattanaram, Wat Phra Si Sanphet, Wat Yai Chaimongkhol, dan Wat Lokaya Sutha serta bersantai, berehat, menikmati slow-nya kota ini.

 

Saya yakin, semua sudah ada waktunya seperti pesan yang saya dapatkan ketika berada di Ayutthaya. Akan ada waktu yang tepat untuk kembali ke Ayutthaya. Mungkin teman-teman yang membaca tulisan ini menjadi teman #MainJalan saya berikutnya untuk kembali ke Ayutthaya, melipir ke Songkhla, Hat Yai dan seterusnya *senyumsemangat 😊

 

Terima kasih telah berkenan membacanya, semoga teman-teman seakan ikut saya #MainJalan ke Ayutthaya dengan membaca tulisan ini yaa. Semangat!!


--


Referensi :

https://en.wikipedia.org/wiki/Ayutthaya_Historical_Park

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Ayutthaya

http://www.mytrip.co.id/article/5-kuil-cantik-di-ayutthaya

24 komentar

  1. Salah satu kota tua yang masuk dalam list travelingku nih. Dulu ke Bangkok belum sempat main ke Ayuthaya karena gak riset jadi gak tahu kalau kota tua ini letaknya di luar kota Bangkok. wkwkwk.. Makanya, ajak aku main ke Ayuthaya dong kk Dini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo ayoo Kak, tahun depan kita jadwalkan long-trip lagi ke beberapa tempat, habis dari Hanoi - Fansipan, bisalah ke Bangkok lalu ke Ayutthaya :D

      Hapus
  2. Saya sampai nyari kepala patungnya di sela akar pohon,hehe. Ternyata beneran ada ya. Apakah ada cerita mistis dibalik itu semua?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku awalnya enggak notice ngapain Mbak Andini foto duduk gitu aja eh beneran ada patung kepala buddha di antara akar pohon. Wow sepertinya udah ratusan tahun di sana. Penasaran kisah di baliknya.

      Hapus
    2. Eh, ko iya...
      Aku sampe zoom-in zoom-out buat nyari apa yang dimaksud.

      Ka Andin solo travelling kah?
      Asa bagus-bagus fotonya gak ada yang boncos yaa...

      Hapus
    3. @Catcilku : Pasti ada yaa cerita mistisnya, kemarin googling juga ketemu beberapa ceritanya hehe. Semoga suatu hari ketemu cerita aslinya gimana itu Kepala Buddha bisa ada di situ :D

      @Helenamantra : Ratusan tahun sih pasti Mba, soalnya beneran kuat banget. Mau foto di sini itu antri, karena menjadi salah satu sudut iconicnya Candi ini :D

      @Lendyagasshi : Saya traveling bareng 3 teman Kak, jadi bisa ganti-gantian motoin. Sebenarnya tempanya rame, jadi harus sabar utk nunggu sepi hhehe

      Hapus
  3. Wah sayang sekali ya nggak ada yang tahu gimana sejarahnya kepala Buddha itu bisa ada di akar pohon. Padahal ini menarik ya kalau dibahas lebih lanjut. Aku pas baca tulisan ini jujur agak belibet baca tempat2nya kak, susah dieja, mungkin karena belum terbiasa aja kali ya wkwk. Tapi ini pasti jadi wisata yang menarik dan berkesan buat pencinta wisata sejarah. Kira2 kalo di Indonesia mirip kayak Candi Trowulan atau Candi Borobudur gitu kali ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya kak belibet yaa, mana orang sana kan ada aksen dan nada sendiri yaa bacanya jadi kadang harus bener-bener didengerin mereka ngomong apa hehe. Menarik banget Ayutthaya Kak. Kalo di Indonesia aku rasa mirip Trowulan Kak, dari struktur bangunan Candi yang menggunakan batu bata merah dan perekat alami :)

      Hapus
  4. Jujur pas pertama kali, aku bacanya sambil ngeja perkata saking lumayan susah untuk semua tempat kak hehe. Terus juga rada salfok, sama pohon akar bodi, yang menampilkan kokohnya itu pohon. Ples kok bisa kak itu kepala budha nyempil di sana, iconic gitu jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ceritanya banyak versi gimana caranya Kepala Buddha ada di antara akar pohon itu. Tapi kayaknya emang karena adanya perang sehingga beberapa disembunyikan. Menarik banget kan :)

      Hapus
  5. Cakeeeeppp. Aku jadi keingat sama potongan scene di lakorn alias drama Thailand yang judulnya My Husband In Law deh gegara mampir ke mari. Wajar sih kalau pengunjung yang datang pun pada berpose ala ala OOTD ria. Soalnya kuilnya secakep ini. Kayaknya seru kalau pepotoannya pakai pakaian tradisional thailand ya.

    Pulangnya naik kereta yang rasanya kayak numpang commuter jabodetabek pas jam pulang kantor. Wow. Mana keretanya pakai kipas angin pula. Aku kok langsung bisa lekas membayangkan momennya gimana ya, Kak. Ahahaha ... saking seringnya. Ups.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya panas banget tapi Kak kalo harus pake baju-baju tradisional gitu aku gak sanggup hehehe.. Sayangnya aku punya videonya kami berjuang empet-empetan di kereta pas balik, gak ambil foto karena fokus berdiri hahaha serius lebih padet dari KRL :)

      Hapus
  6. masyaallah cakep banget wat mahathat ayuttahay, juga jadi salah satu wishlist aku kalau nanti ada kesempatan berkunjung ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes Mba, aku rekomen banget ke Ayutthaya kalo mau liburan santai sambil menikmati kota tua :)

      Hapus
  7. MasyaAllah Mbaak.. Baca tulisan ini serasa di bawa ke Ayutthaya langsung!..

    BTW di Thailand itu komunikasi sama transportasi nya susah nggak mbak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe alhamdulillah jadi jalan-jalan virtual yaa :) Gak susah Kak komunikasinya rata-rata bisa bahasa Inggris kalo pun kurang bisa mereka akan pakai google translate, transportasi juga sudah banyak pilihannya dan terintegrasi kalo di kota Bangkok. Kalo di Ayutthaya bisa pakai Tuk-tuk, taksi, atau grab car :)

      Hapus
  8. Tempatnya menarik banget, jadi gagal fokus dengan stupa Kepala Buddha yang ada di antara akar pohon bodhi. Dan jadi penasaran banget kenaoa bisa disitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Kak aku juga masih penasaran gimana caranya itu Kepala Buddha ada di situ. hehe.. Indah banget ini Candi :)

      Hapus
  9. Mungkin tempta wisata pagoda di sumatera utara terinspirasi dari wat mahathat kali ya. Mirip stupa dan namanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin aja Kak, atau ada pengaruhnya. Jaman-jaman dulu nenek moyang kan juga traveling hahaha.. menarik kan Kak? :D

      Hapus
  10. aku baru dengar nama ayutthaya ini eh. kayaknya yang pernah dengar itu angkor wat itu di thailand juga bukan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo Angkor Wat itu di Siem Reap, Cambodia Kak. Candinya lebih besar lagi dari yg di Ayutthaya. Angkor Wat mirip dg Prambanan tapi lebih besar lagi hehe

      Hapus
  11. Sukaaa banget sama tempat yang punya cerita histories kayak di Ayutthaya ini. Iya ya bikin penasaran kenapa kepala Budha bisa ada di akar pohon bodhi. Apa di bawahnya ada sesuatu atau dulunya patung jatuh dan gak kelihatan. Jadi nebak-nebak sendiri nih aku :D Semoga aku bisa punya kesempatan juga ke kota Ayutthaya juga.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa Kak bikin penasaran. Spot ini juga yg dijaga sama security. Antriannya panjang dan ada beberapa peraturan utk bisa foto di sana. Aamiin semoga tahun depan bisa ke Ayutthaya yaa Kak :)

      Hapus