2 Hari 2 Malam di Chiang Mai, Ngapain Aja?


Menjelang akhir tahun 2025 berhasil mencentang satu kota tujuan yang sudah lama masuk dalam daftar kota/tempat yang ingin dan belum pernah sampai, alhamdulillah kesampaian. Chiang Mai, salah satu kota di Thailand Utara yang berbatasan dengan provinsi Chiang Rai dan Mae Hong Son yang sudah dekat dengan Myanmar dan Laos. Banyak orang datang ke Chiang Mai selalunya akan sekalian ke Chiang Rai. Atau mereka memilih untuk tinggal di Chiang Rai lalu mainnya ke Chiang Mai. Tapi saya tidak. Saya dan Mba Nila, teman MainJalan kali ini memilih untuk menikmati Chiang Mai dengan waktu yang singkat.

Saat menyusun itinerary saya galau minta ampun. Kenapa? Chiang Mai menawarkan beragam tujuan wisata seperti kuil-kuil bersejarah, tur alam dan satwa liar serta tentunya wisata kuliner dan belanja. Chiang Mai memiliki Wat Phra That Doi Suthep, kuil yang terletak di atas bukit menyajikan pemandangan kota yang indah dan suasana tenang. Sedangkan kami hanya punya waktu 2 hari untuk berada di Chiang Mai. *ngelapjidat

 

“Kita di sana santai aja yaa Mba. Aku mau jajan di pasar.” ucap Mba Nila ketika tiket sudah di tangan.

 

Terkadang memang kita memerlukan perjalanan yang santai tanpa harus ke destinasi ini itu. Itinerary hanya sebagai panduan tujuan agar tidak gelap arah. Dan beginilah isi itinerary yang saya buat, berhasil kami laksanakan dalam perjalanan MainJalan ke Chiang Mai selama 2 hari 2 malam.

                                                                                           

Day 1 – A Neighborhood Life Tour

 

“Melokal” is my favorite when traveling. Hal ini menular ke Mba Nila yang selalu excited ketika diajak melokal. Entah kenapa saya selalu penasaran dengan kehidupan orang lokal. Bahkan saya lebih tertarik blusukan ke gang-gang rumah mereka, lorong pasar, hingga menemukan sekolah atau tempat ibadah. Apalagi kalau jalanannya bersih, trotoar nyaman untuk jalan kaki, saya akan sangat senang menghabiskan waktu berjalan kaki menyusuri kehidupan lokal. Maka saya menyebut perjalanan ini “A Neighborhood Life Tour”

 

Tiba di Chiang Mai International Airport (CNX) pukul 07.30, kami tidak langsung keluar bandara. Mengumpulkan nyawa dulu setelah melalui jadwal tidur yang cukup berantakan. Kami berangkat dari Soekarno Hatta pukul 20.15 WIB tapi delay menjadi 21.15 WIB sehingga tiba di Don Mueang (DMK) pukul 01.00. Antrian imigrasi cukup mengular, jadi kami benar-benar selesai menjelang pukul 02.00. Awalnya saya mau memilih penerbangan agak siang ke Chiang Mai tapi pertimbangan harus sewa hotel 1 malam dan nanggung kalau harus bongkar-bongkar koper dan sebagainya (dasar pemalas) sehingga saya memilih untuk mengambil penerbangan paling pagi ke Chiang Mai.

 

“Naik Nok Air yaa Mba. Pengen naik pesawat burung kuning.” pinta Mba Nila.

 

“Oke kita ambil yang paling pagi Nok Air jam 06.20 jadi nyampenya jam 07.30. Dateng-dateng langsung sarapan. Heuheu.” jawab saya.


Karena waktu sudah pukul 2 pagi dan harus masuk check in untuk penerbangan ke Chiang Mai pukul 4 pagi maka kami memilih untuk jajan di Sevel (oh rindunya) dan kemudian berjalan kaki pindah Terminal 2 untuk penerbangan domestik.

 

Kami belum pernah transit lama di DMK tapi kemarin jadi tahu tempat-tempat yang nyaman untuk istirahat seandainya harus transit melewati malam hari di sana. Intinya siapkan baju hangat yang nyaman karena AC bandara cukup menusuk hehe.

 

Sampai di Terminal 2, kami melihat counter check in Nok Air belum dibuka. Jadi kami istirahat dulu di bangku-bangku ruang tunggu yang sebagian dijadikan para traveler bobok. Nah, pemandangan seperti ini sering saya rindukan. Mungkin ini yang dinamakan dinamika kehidupan para pejalan *hmmm. Tidak lama ada pengumuman jika tidak memiliki bagasi maka bisa self check in melalui mesin yang tersedia. Kami bergegas agar bisa lanjut istirahat di dalam dekat gate keberangkatan. 

 

Benar saja, setelah sukses melewati pemeriksaan barang bawaan, menemukan tempat charging, kursi yang nyaman, membersihkan diri, maka kami lanjut tidur karena masih punya waktu 1 jam menunggu boarding. Saya terbangun mendengar keriuhan suara di sekitar kami. Belum sepenuh nyawa kembali, petugas maskapai mulai memanggil penumpang untuk masuk pesawat.

 

Ternyata kami dipindahkan tempat duduknya di barisan depan. Tapi apalah artinya jika masih mengantuk. Begitu seat belt terpasang, saya mengarungi mimpi. Nah, waktu tidur inilah tiba-tiba saya mimpi. Bisa-bisanya tidur di pesawat dalam waktu 1 jam saja saya bisa mimpi. Mimpinya apa? Hmm sepertinya menarik untuk saya tuliskan terpisah yaa.

 

Kami menghangatkan perut dulu, saya minum Teh dan Mba Nila Cokelat di Black Canyon Coffee sambil check rute tujuan sampai waktu check in hotel tiba. Setelah dirasa cukup nyawa terkumpul, kami segera memesan Grab car menuju hotel kemudian check in tapi belum bisa masuk ke kamar jadi kami titip koper saja. 

 

Saya sangat merekomendasikan Hotel M Chiang Mai yang berada di Old Town berseberangan dengan Tha Phae Gate, salah satu icon kota ini dan tujuan wisata tentunya. Room rate masih bersahabat sekitar Rp. 700.000,- per malam, kemarin karena ada promo dari aplikasi travel maka semalamnya hanya sekitar Rp. 600.000,- saja, alhamdulillah. Kamar luas, fasilitas kamar lengkap termasuk kulkas dan hair dryer, ada kolam renang, bersih, ada lift dan stafnya ramah-ramah. 

 

Kami mulai berjalan kaki menuju Pasar Chiang Mai Gate. Kalau malam, menjadi lokasi Night Market yang menjadi tujuan wisata. Kami membeli Mango Sticky Rice, Durian Sticky Rice untuk Mba Nila dan keripik bayam. Harga total THB 110. Makannya dimana? Di bawah pohon di tepi sungai sambil menikmati kehidupan pagi di sekitar. Kapan lagi coba?




Oh tentunya sebelum mencapai pasar, kami blusukan ke gang-gang. Kami menemukan rumah-rumah warga yang tak jarang dikagetkan oleh suara anjing mereka, deretan café-café yang masih tutup (mungkin bukanya sore ke malam), dan ternyata banyak tempat yoga lengkap dengan meditasi di sekitar sini (kapan-kapan boleh coba nih).

 

Perjalanan dilanjutkan ke DoubleTree House yang sebenarnya menjadi tujuan menginap saya ketika di Chiang Mai. Namun, karena rate kamarnya makin tinggi jadi memutuskan pindah ke Hotel M saja. Kenapa tetap mau ke sana? Karena saya suka kawasannya (lagi-lagi neighborhood life-nya) dan ada tujuan makanan khas Chiang Mai yang halal. Rupanya ada Masjid dan sekolah Islam di dekatnya. Cuaca makin terik akhirnya kami memilih berteduh sambil menikmati es kopi latte. Karena di sekitar Masjid maka tersedia beberapa pilihan kedai makan dan kopi halal. 

 

39 Coffee House pilihan kami, kedai makan dan kopi sederhana ala rumahan yang dimiliki oleh keluarga muslim Chiang Mai ini membuat kami betah. Harga 2 gelas es kopi latte hanya THB 100. Lebih murah dari Bangkok tentunya. Selesai minum kopi, kami lanjut Makan Khao Soi, makanan khas Chiang Mai. Letak kedainya seberang 39 Coffee House, jalan sedikit sekitar 50 meter. Semangkuk Khao Soi Beef Small Bowl dibandrol harga THB 50. Nikmat dan kenyaaang.




 

Lanjut ibadah di Masjid At-Taqwa yang dibangun tahun 1967. Ada sekolahnya juga yang merupakan sekolah Islam pertama di Chiang Mai. Kalau membaca sejarahnya, Masjid At-Taqwa menjadi satu dari tujuh Masjid dengan corak Chinese yang berada di Provinsi Chiang Mai. Masjid dan Sekolah Islam At-Taqwa mengambil kultur dan pendidikan yang serupa di Kunming, Provinsi Yunnan, Tiongkok (salah satu tempat yang ingin saya kunjungi selanjutnya aamiin). Sementara itu, muslim di Chiang Mai kemungkinan besar berasal dari migran dari Negara tetangga seperti Yunnan yang dikenal muslim Hui. Menarik yaa.




Perjalanan dilanjutkan masih dengan berjalan kaki sampai menemukan Kuil, Gereja dan sekolah Kristen pertama di Chiang Mai, dan Pink River. Matahari seakan ada 5 buah tidak menyurutkan langkah kaki kami. Terus berjalan menuju hotel. Melewati kantor Gubernur, beberapa Kuil, Pasar, dan deretan ruko-ruko yang menceritakan kehidupan kota ini. 




 

Kembali ke hotel sekitar pukul 2 siang, masuk kamar, mandi dan tidur siang dulu. Ketika jalan-jalan tetap utamakan kesehatan ya, untuk menjaga agar tetap sehat dan fit salah satunya dengan istirahat cukup. Kami sepakat untuk kembali keluar hotel setelah magrib. Tujuannya main ke Pasar Malam. Banyak sekali pilihan pasar malam di Chiang Mai. Kami memilih yang dekat saja. Kuncinya, “yang bisa jalan kaki”.

 

Ada 4 pasar yang kami kunjungi. Salah satunya ada makanan halal yaitu di Kalare Night Bazaar. Di dekatnya, ada restoran muslim juga. Hmm saya berpikir di Chiang Mai lebih mudah mendapatkan makanan halal. Di Sevel pun sudah lebih banyak tersedia makanan halal. 

 

Chiang Mai juga menawarkan harga-harga lebih murah. Mulai dari makanannya hingga souvenir-nya. Di sini juga banyak jawellery yang vintage-vintage gitu. Baju-baju yang ditawarkan pun kebanyakan dengan warna-warna alam, bahkan eco print banyak ditemukan di sini. Mba Nila dapat outer warna alam hanya dengan THB 200. Kalau yang suka belanja barang-barang vintage, saya sarankan ke Chiang Mai beli bagasi biar bisa belanja banyak hehe.

 

Kami membeli gelang dengan harga cukup murah. Ya, harus pinter nawar kalau belanja di pasar malam. Saat terjadinya proses tawar menawar ini juga saatnya kita berinteraksi dengan penduduk lokal. Menyenangkan.


Sudah semakin malam maka kami mulai berjalan pelan kembali ke hotel. Sebelum masuk hotel, kami sempatkan mengabadikan momen di Tha Phae Gate dengan sinar bulan yang menambah cantik suasana malam itu.

bersambung..

Tidak ada komentar